Posted by: ristantoadi | February 25, 2009

memotret di kedalaman gua (fotografer.net)

Ini artikel pertama saya, sekedar berbagi tips dan trik saja kepada rekan – rekan FN semua. Semoga bisa berlanjut juga menjadi diskusi. Berikut adalah tips untuk melakukan pemotretan di dalam gua yang kondisinya bisa dibilang lumayan ekstrim karena tidak ada cahaya alami yang masuk hingga kedalaman tertentu terlebih pada gua vertikal ditambah lagi kondisi medan yang basah dan lembab. Here it is :
Memotret di gua harus benar2 dengan tangan yang kering. Tripod menjadi wajib hukumnya untuk selalu ada, bisa juga pake meja atau bangku keras, tapi tentu sulit masuk gua bawa meja. Menggunakan mode manual adalah standard, tapi dengan pengetahuan spesifikasi standar kamera yang digunakan logika manual bisa dijalankan lagi. Alat bantu penerangan tambahan selain flash dan boom sangat dibutuhkan. Kemudian meteran atau tali dengan ukuran yang pas ( 5 meter, 3 meter dan 1 meter).

Setelah obyek kita temukan, tentukan dengan pasti dimana posisi kamera akan berada untuk mengambil komposisi gambar. Pasang tripod dan pastikan kokoh letaknya. Jangan sampai goyang atau tidak seimbang. Gunakan cable release dan nyalakan lampu bantu seluruhnya untuk menerangi obyek. Lakukan focusing dengan baik secepatnya. Pasang diafragma di angka 11, atau pasang di night shoot/program bila kameranya otomatis. Ukur dengan meteran jarak background terjauh dengan kamera dan dapatkan angka pastinya. Ambil contoh jaraknya 10 meter.

1
Sebelum memotret kita harus tahu semua GN (guide Number) dari semua flash yang dibawa. Mencari GN dari sebuah flash susah2 gampang, bisa di liat dari nama typenya.
Contoh :
SB26 artinya GN 26 di ASA 100, atau lihat tabel yang biasanya tertera di atas Flash, set di ASA 100 dan lihat jarak yang disarankan bila menggunakan diafragma 11. Nah, umpamanya tabel menunjukkan angka 3 meter. Maka artinya GN flash tersebut 3 X 11 meter = 33 ( GN Flash tersebut 33 ). Jadi, kalo jarak background terjauh tadi 10 meter maka GN 33 : 10 = 3,3 meter hasilnya. Artinya adalah : untuk menerangi obyek tadi kamera harus diset dalam diafragma 2,8 atau 3,5 ( yang terdekat dengan 3,3). Sedangkan hitungan GN dibuat dalam kondisi kecepatan 1/60 ( ini selalu dihitung begitu). Padahal, kamera tadi sudah dipasang dalam kondisi BULB dan diafragma 11. Jadi kalo mau menggunakan diafragma 11 kita harus mengalikan lamanya waktu sebanyak titik kenaikan diafragma. Biasanya ini disebut naik beberapa stop (STOP ). Kalo hitungan ini hasilnya tadi 3,5 berati untuk menuju ke 11 harus naik 5 stop. ( dari 3,5 –> ke 4 –> ke 5,6 –> ke 8 –> ke 11 ).
Setelah kita tahu harus naik 5 stop maka kecepatannya pun harus dikonversi untuk 5 kali lebih lama dari 1/60. Jadi begini menghitungnya,: 1/60 –> 1/30 –> 1/15 –> 1/8 –> 1/4 –> 1/2 detik. Jadi idealnya untuk menghasilkan gambar harus menggunakan kecepatan minimal 1/2 detik. Jangan lupa, jarak yang dihitung adalah jarak dari tempat flash (sumber cahaya) berada menuju ke obyek dan jarak tempuh pantulan cahaya menuju ke lensa kamera.

Jadi kalo menggunakan beberapa buah flash harus tetap dihitung juga jarak setiap flashnya. Kemudian yang harus diketahui adalah sifat sinar flash terhadap gambar obyek di foto nanti. Sinar flash, terangnya sama dengan sinar matahari secara suhu ( kira2 sekitar 6000 derajat kelvin ). Sedangkan sinar tambahan dari boom atau alat penerangan senter dll berkisar antara 2000 sampai 3500 derajat kelvin saja. Jadi kecepatan kamera harus ditambah lagi karena sumber sinar lainnya jelas butuh lebih banyak waktu untuk jatuh dan membakar / direkam sebagai data oleh kamera. Jadi kalo ditambahkan sinar selain flash harus ditambah lagi waktunya, artinya harus lebih lama lagi.
2

Dan yang terakhir, jangan pernah lupa dengan safety procedure. Gunakan pengaman yang dapat menjaga posisi kita stabil dan jangan sekali – kali terbawa emosi. Etika dalam penelusuran gua juga tetap harus selalu diperhatikan.

Semoga bermanfaat. Salam petualang !!

2008 Maret 25 13:18:55

Sumber


Leave a comment

Categories